Surabaya (10/3). Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menggelar forum diskusi terpumpun (FGD) bertema “Identitas Agama dan Aktivisme Lingkungan: Aktor, Strategi, dan Jaringan”. DPW LDII Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menghadiri acara yang bekerja sama dengan the Netherlands Embassy itu, pada 6-8 Maret 2024.
Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta, Didin Syafruddin, mengungkapkan, peserta FGD dipilih dari kalangan aktivis gerakan lingkungan berbasis kearifan lokal, keagamaan, dan kepercayaan. “Dengan melibatkan berbagai pihak dari lintas agama dan budaya, bertujuan memperkuat aksi nyata dalam penyelamatan lingkungan,” katanya.
Selanjutnya, ia menjelaskan, akan mengidentifikasi bentuk-bentuk keterlibatan dalam aktivisme lingkungan. “Serta mencari cara menggunakan identitas agama dan karakter yang berbeda-beda, untuk membangun strategi, jaringan, dan program kerja yang efektif,” pungkasnya.
Didin berharap, hasil FGD tersebut akan menjadi panduan gerakan lingkungan ke depan. PPIM UIN Jakarta berencana menyelenggarakan konferensi pada tahun 2025 terkait hal itu.
Sebagai lembaga penelitian yang berdiri sejak 1996, PPIM berkomitmen untuk mewujudkan kehidupan keagamaan yang modern, demokratis, dan berkelanjutan, “Melalui studi tentang interaksi agama dan lingkungan hidup, PPIM ingin berkontribusi pada pembangunan Indonesia yang lebih baik di masa depan,” pungkasnya.
Dalam FGD ini, LDII yang diwakili oleh Generasi Muda Indonesia Bela Lingkungan (GEMILANG), turut berpartisipasi bersama organisasi-organisasi seperti Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA), Kader Hijau Muhammadiyah (KHM), dan berbagai entitas lainnya. Dua perwakilan LDII, Atus Syahbudin, dan Agus Yudianto, yang juga penggagas Kyai Peduli Sampah dan Kampung ProKlim.
Atus mengapresiasi penyelenggaraan FGD oleh PPIM UIN Jakarta yang berjalan lancar. Peserta dari berbagai daerah berbagi pengalaman penyelamatan lingkungan. “LDII sendiri menjelaskan strategi dan program kerja dalam mengelola isu-isu lingkungan. Termasuk penggunaan identitas agama untuk menjalin kerja sama dengan organisasi atau komunitas lingkungan berbasis agama lainnya,” ujarnya.
Ketua DPW LDII DIY ini juga memaparkan kisah sukses dari “Kampung ProKlim Sangurejo Sleman” yang baru-baru ini dikunjungi oleh berbagai lembaga internasional dan nasional, “Inisiatif serupa juga dikembangkan oleh LDII di berbagai daerah lainnya, seperti Ngawi Jawa Timur dan Pekanbaru Riau,” tutup Atus. (FWI/LINES)