Beranda » Profesor Undip: Pemerintah Berperan Besar Tanamkan Nilai-nilai Dasar Budaya Bangsa

Profesor Undip: Pemerintah Berperan Besar Tanamkan Nilai-nilai Dasar Budaya Bangsa

by administrator

Semarang (29/2). Guru Besar Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro (Undip) Singgih Tri Sulistiyono mengungkapkan, pemerintah berperan besar menanamkan nilai-nilai dasar budaya bangsa.

Hal itu ia katakan dalam acara radio “Semarang Trending Topic”, dengan tema “Culture Matters, Merevitalisasi dan Menginisiasi Budaya Bangsa”, di Radio Idola Semarang, pada Kamis (29/2).

“Pemerintah, bisa menggunakan kebijakan politiknya. Menanamkan nilai-nilai dasar budaya bangsa. Agar bisa diikuti, sehingga punya standar nilai dan moral yang sama,” jelas Singgih.

Di lapangan, ia menilai, terjadi kesenjangan kehidupan budaya antara lingkungan sekolah dan masyarakat. “Dampaknya, ketika telah mendidik anak dengan cara yang baik. Namun saat terjun ke masyarakat, kemudian melihat realitas lain, dapat membuat anak bingung,” jelas Singgih.

Ia menegaskan, kesenjangan tersebut harus diatasi. “Harus compatible. Ibarat mesin, semua saling mendukung,” kata Ketua DPP LDII tersebut.

Implementasinya, Singgih mengungkapkan, sebuah bangsa dilahirkan dari rekayasa budaya. “Wewenang ada pada negara. Harus ada gerakan sosial dan kebangsaan, dari pemerintah dan ilmuwan, serta berbagai pihak, untuk meneguhkan nilai-nilai dasar budaya bangsa,” imbuhnya.

Sehingga, dapat dipahami dan diamalkan seluruh lapisan masyarakat. “Setelah itu, bagaimana mengatur gerakan kebudayaan, yang dipahami seluruh kelompok masyarat,” katanya.

Senada, Guru Besar Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Universitas Negeri Semarang (Unnes), Tri Marhaeni Pudji Astuti menjelaskan, implementasi nilai-nilai budaya bangsa harus mendarah daging. “Yang disayangkan, jika yang diwarsikan yang tidak benar,” ujarnya.

Untuk itu, ia menegaskan, budaya yang bersifat normatif, dan implementatif, aktualnya harus match. “Normatif bersumber dari nilai, aturan, dan konsep baik yang disepakati. Aktualnya, menjadi pandangan hidup,” jelas Tri Marhaeni.

Maka, Tri menegaskan, perlu keteladanan dan konsistensi. Contoh sederhana, ia mempraktikkan, setiap pagi, sebelum mahasiswa datang, sebagai dosen, sudah hadir. “Tidak perlu berbicara, jika mahasiswa terlambat akan malu,” tutupnya.

Related Posts

Leave a Comment